TEORI ILMU SOSIAL DAN REALITAS
SOSIAL
Menyadari bahwa luasnya khasanah
teori ilmu sosial di tuntut sebagai perspektif dalam pengajian ilmu sosial
budaya dasar . teori ilmu sosial yang di rasakan penting untuk mengkaji
realitas sosial . teori ini di sajikan secara sederhana dan ringkas sifatnya.
Untuk mencapai sebuah tujuan materi ini mencoba menghubungkan berbagai paradigm
ilmu sosial dengan berbagai tingkat analisis realitas sosial. Dengan usaha ini
mahasiswa tidak tersesat di “rimba raya “ teori ilmu sosial maupun realitas
sosialnya, minimal tahu dari hal yang spesifik menuju ke hala yang umum.
Manusia sebagai realitas sosial apabila di hubungkan dengan paradigm sosial
wawasannya sangat luas. Paradigma realitas sosial adalah melihat gambaran yang mendasar
mengenai realitas sosial menurut kaca mata ilmu sosial. Tingkatan kenyataan itu
ada empat yaitu :
1) Tingkat individual :
Tingkat
ini menempatkan individu sebagai pusat perhatian untuk analisa .analisa ini di
bagi menjadi dua bagian yaitu tingkat perilaku (behavioral) dan tingkat
subjektif. Teori dasar dasar psikologi(sosial) yang mengkaji tingkat individu
meliputi
teori
stimulus-respons(S-R) ,toeri sikap,teori peran dan
teori lapang (medan) teori stimulus respons ini sebenernya teori
stimulus – organisme – respons (S-O-R) karena di akui adanya organisme antara
stimulus dan respons. Tokoh teori ini adalah Watson yang menyatakan bahwa
objektivitas perilaku individu hanya berlaku pada perilaku yang Nampak (overt).
Setiap perilaku pada hakikatnya merupakan tangapan (respon) terhadap rangsang
(stimulus) karena itu rangsang mempengaruhi tingkah laku atau bahkan menentukan
tingkah laku.intervensi organism terhadap stimulus rangsang, individu ini
memilikipotensi berupa kognisi sosial, persepsi sosial, nilai dan konsep.
Teori
sikap adalah kecenderungan seseorang
untuk bertingkah laku tertentu kalau menghadapi suatu rangsangan tertentu .
teori
peran adalah beranggapan peranan seseorang
itu merupakan hasil interaksi dari diri (self) dengan posisi (status dalam masyarakat)
.dan dengan peran( menyakut norma dan nilai) dalam teori ini yang terpenting
adalah actor (pelaku) dan target (sasaran) yang punya hubungan dengan actor.
Teori
medan ( field-theory) adalah
berangapan bahwa kehidupan merupakan penentu dari perilaku seseorang kehidupan
ini merupakan hasil interaksi manusia dengan lingkungannya.
Teori
yang mengkaji individu adalah
psikoanalisa dari freud yang membedakan tiga sistem dalam hidup psikis yaitu id,ego,
dan superego .istilah ini di kenal sebagai tiga “instansi “ yang menandai
hidup psikis.
Instansi
pertama Id adalah psikis yang paling dasar terdiri dari naluri naluri
bawaan (seksual dan agresif) dan keinginan direpresi.pada Id yang
berkuasa adalah kesenangan yang tidak mengenal waktu dan tidak mengenal hokum
hokum logika.
Instansi
kedua Ego adalah hasil diferensi dari Id karena kontak dengan
dunia luar . Ego aktifitasnya dapat sadar,prasadar atau tidak sadar .
potensi Ego di kuasai oleh prinsip realitas seperti pemikiran objektif,
yang sesuai dengan tuntutan-tuntutan sosial dan rasional yang di ungkapkan
melalui bahasa. Tugas dari Ego mempertahankan kepribadiannya adaptasi
dengan lingkungan,menghilangkan konflik dengan realitasdan mendamaikankonflik
berbagai keinginan agar selaras. Ego berfungsi sebagai penjamin kesatuan
pribadi dan alat sintesa.
Instansi
ketiga adalah Superego adalah potensi hasil dari proses
internalisasi,sehingga menjadi miliknya berasal dari luar dirinya.
Al-Ghazali
(abad ke-11) mengemukakan tentang qonflik fitrah manusia 8 abad lebih
dulu dari pada teori freud psikoanalisa.yang mengemukakan bahwa manusia
mempunyai tiga tahap perkembangan jiwa yaitu :
1) Nafs al amarah bil also adalah nafsu jahat yang mendesak agen normal untuk
melampiaskan tuntutan yang tidalk terkontrol atau nafsu yang mengendalikan
kejahatan.dalam Al Quran dinyatakan “nafsu ini selalu menyuruh kepada
kejahatan” (QS,12:53)
2) Nafs al lawwamah yaitu nafsu yang sadar apabila tuntutan naluriahnya di
lampiaskan atas pengaruh nafsu al amarah.Al Quran menyatakan “ dan aku bersumpah
dengan jiwa yang amat menyesali(dirinya sendiri) “ (QS,75:2)
3) Nafs al mutham’nah adalah nafsu yang tenang tentram merupakan kepuasan
tertinggi dari jiwa. Kepuasan yang lengkap dan bebas dari semua keputusan dan
penderitaan.
Kedua
teori ini baik dari freud dan Al Ghazali sangatlah menarik untuk mengkaji
interaksi individu dengan dirinya sendiri.
2) Tingkat antar pribadi
(interpersonal) :
Tingkat
ini meliputi interaksi antar individu dengan semua arti yang berhubungan dengan
kerjasama, konflik, adaptasi, negoisasi komunikasi simbolis dan hal lain yang
menpunyai arti hubungan.tingkatan ini banyak di pelajari ahli sosiologi (interaksionisme
simbolik).
Teori
ini di pelopori oleh George Herbert Mead (1863-1931) seorang professor
dari Chicago.teori ini mempunyai implikasi sosial dan mempunyai cirri pemahaman
khusus tentang perspektif. Teori ini muncul sebagai pandangan atas” realitas
sosial” teori ini banyak memperhatikan dimensi subjektif dimana kenyataan
sosialnya yang muncul dari interaksi di lihat sebagai kenyataan yang di bagun
dan bersifat simbolis, inilah yang membedakan kenyataan sosial dengan kenyataan
fisik objektif. Teori ini memperhatikan dinamika interaksi tatap muka, saling
keberantungan yang erat antara konsep diri individu dengan kelompok kecil,
negoisasi mengenai norma bersama dan peran individu , tetapi konsep pokonya di
uraikan melalui pengertian “self”,”mind”,”society” dan “action”. Diri(self)
adalah nyata suatau proses sebagaimana objek sosial yang lain, diri(self)
sebagai objek sosial terbentuk melalui interaksi dalam keluarga .
G.H. Mead membuat tahapan tentang
pengembangan diri sebagai berikut
1)
Tahap persiapan
2)
Tahap bermain
3)
Tahap permainan
4)
Tahan kelompok referen
Pikiran adalah suatu kesadaran untuk
memudahkan pemahaman.
Pikiran
adalah tindakan yang mengunakan simbol dengan diri ,aktivitas simbolik organism
yang langsung di arahkan pada diri sendiri. Mead mengambarkannya sebagai suatu
keadaan mental yang terwujud melalui pembicaraanyang merupakan respon
intelegen. Blumer menyatakan, bahwa pikiran adalah aktivitas tersembunyi
kesadaran. Pikiran terjadi karena adanya interaksi dengan orang lain dalam
interaksi itu pikiran berproses untuk memecahkan permasalahan yang timbul dan
untuk kembali menyesuaikan diri pada situasi sosial.
Si
butani menenkankan bahwa Masyarakat sebagai dunia sosial yang terbentuk oleh
individu yang berkomunikasi dengan simbol-simbol. Kelompok adalah tindakan
sosial yang timbale balik yang berarti masing masing orang berhubungan . Blumer
mendandai bahwa kelompok sebagai suatu tindakan kerjasama. Masyarakat di
artikan juga sebagai tindakan kerja sama untuk memecahkan masalah. Semua ini
berarti bahwa masyarakat berpokok pada kesalingbergantungan dimana masing
masing anggotanya saling membantu untuk memecahkan masalah dengan demikian
masyarakat di bentuk oleh orang orang yang mampu membawakan peran lain dan
mengerti tindakan tindakan.
Namun
interaksionisme simbolik pun melihat bahwa seseorang di buat oleh masyarakat.
Kita di lahirkan dalam kelompok dan kelompok itu tumbuh mempengaruhi kita ,
yang berarti individu di batasi oleh masyarakat missal bahasa dan sejarahnya
atau aturan yang telah ada.
Tindakan
adalah pola kelakuan yang terorganisasikan, tindakan di tandai dengan objek
objek seperti tindakan objek sosial warriner menyebutkan tindakan sosial di
definisikan oleh orang yang di beri nama. Realitas suatu tindakan berlangsung
terus menerus suatu proses konstan yang tidak pernah berakhir kecuali kita
mati.
Manusia
bertindak karena ada tiga alas an pertama karena dia memerlukan untuk bertindak
kedua karakteristik pribadi sikap, kepentingan, image-diri mendorongnya untuk
bertindak dan ketiga faktor lingkungannya untuk bertindak. Menurut konsep mead
tindakan menyangkutkan empat tingkatkan yaitu pertama gerak hati(impulse) kedua
persepsi ketiga manipulasi dan yang keempat pertempuran(consummation).
Tindakan
di mulai dengan aktivitas tersembunyi yang kemudian mengalir menjadi
terbuka,namun tindakan yang sudah terbiasa (habitual action) lebih berhubungan
dengan tindakan terbuka karena mendefinisikan situasi menganalisa masa lalu
dengan masa depan. masa lalu dan masa depan adalah bagian dari
tindakan,keduanya bagian dari pendefinisian situasi. Masa depan adalah bagian
dari tindakan kita memiliki rencana untukbertindak dan konsepsiti ini
mempengaruhi tindakan, di samping itu masa lalu pin menjadi kekuatan yang
mempengaruhi tindakan.
Membawakan
peran orang lain berarti berlatih melihat dunia dari prespektif orang lain ,
ada empat tingkatan yang berhubungan dengan proses ini pertama adalah tingak
persiapan yang menirukan orang lain, yang kedua memainkan yakni
membawakan peran orang lain, yang ketiga bermain yakni telah memasuki situasi
dan yang keempat tingkat kelompok referen yakni memiliki peran yang banyak di
dunia sosial yang harus di pertimbangkan dalam peran itu.
Ada beberapa poin yang harus di
catat mengenai pentingnya membawakan peran orang lain :
1)
Untuk timbulnya kekuatan diri
2)
Untuk menjadi diri dalam segala situasi
3) Untuk
mempelajari prespektif mengenai hal
4)
Untuk bekerja dalam situasi sosial
5)
Untuk menolong seseorang dalam situasi interaksi melalui pengetahuan bagaimana
manipulasi mengarahkan dan mengontrol.
6)
Untuk mencintai orang lain
7)
Sebagai dasar untuk kerja sama
8)
Sebagai dasar komunikasi simbolik manusia
Sebelum
konsep pokok “self”, “mind”, “society” dan “action” yang di bahas
interaksionisme simbolik, juga teori ini membahas interaksionisme
individu,masyarakat dan pikiran.pendapatanya di kemukaan dalam lima hal yaitu ;
1)
Individu tidak konsisten pribadinya terbentuk mesti dalam suatu proses dinamik
pelaku peubah tidak pernah menjadi suatu tetapi dalam keadaan menjadi individu
bukan hasil dari sosialisasi,bukan merupakan perangkat yang tetap tetapi dalam
keadaan berubah dalam proses interaksi
2)
Masyarakat dan kelompok tidak sebagai yang statis terpengaruh tetapi termasuk
dalam proses interaksi.apa yang di sebut kelompok dalam masyarakat adalah pola
yang disimpulkan dari proses interaksi
3)
Individu mempunyai suatu cirri pikiran dan diri tetapi keduanya di konsepkan
sebagai proses bukan sebagai kesatuan yang statis.
4)
Manusia mempunyai banyak diri masing-masing berhubungan dan berinteraksi dalam
perubahan proses interaksi
5)
Kebenaran ide ide sikap presepsi dan prespektif semuanya sebagai proses
berpendapat dari perubahan yang dinamis oleh organism di dalam berhubungan
dengan apa yang di selidiki.
Asumsi interaksionisme simbolik yang
sederhana dikemukakan oleh blumer sebagai berikut :
1)
Manusia bertindak terhadap sesuatu yang berdasarkan makna yang ada pada sesuatu
itu bagi mereka
2)
Makna tersebut berasal dari interaksi sosial seseorang dengan yang lain
3)
Makna tersebut di modifikasi melalui adanya proses penafsiran oleh indi vidu
dalam keterikatanya dengan symbol yang di hadapi
Teori lain yang mengkaji masalah
hubungan antara pribadi adalah teori interaksi dari simmel (1858-1918) yaitu :
1)
Manusia terbentuk dari jaringan relasi –relasi antar orang sehingga mereka
merupakan suatu kesatuan.
2)
Jaringan jaringan relasi itu tidak sama sifatnya
3)
Dalam jaringan relasi tidak selamanya terbentuk integrasi dan harmonis,tetapi
dapat pula terjadi kritik oposisi konflik dan lain lain.
4)
Frekuensi interaksi dan kadar interaksi bervariasi ada yang tinggi dan ada yang
rendah
Jadi
intinya simmel memandang masyarakat adalah produk dari proses interaksi
individu individu. Teori yang mengkaji antarpribadi dalam sosiologi adalah
Homans dikenal dengan teori pertukaran (exchange theory) antapribadi.
Antarpribadi terjadi pertukaran karena adanya internal dan keadaan eksternal
,dasar psikologi pertukaran karena dukungan sosial dan factor penguat ,sehingga
terjadi transaksi atau saling member timbale balik memperoleh keseimbangan
emosional atas dasar pribadi.
Teori
yang lainya adalah teori dramaturgi dari Goffman,menyatakan bahwa individu
senantiasa akan mengkontrol kesan kesannya dalam hubungan sosialnya yang di
berikan kepada orang lain.
3) Tingkat struktur sosial
Tingkat
ini bersifat abstrak analisanya di tunjukan pada pola tindakan,jaringan
interaksi yang teratur dan seragam dalam waktu dan ruang,posisi sosial dan
peran sosial.tingkat ini dapat pula menyangkut institusi sosial dan masyarakat
secara umum/ keseluruhan.teori ini di pelopori oleh tokoh klasik Durkheim, Mark
dan tokoh modern yang melanjutkan pemikirannya,pelanjut tokoh ini adalah
Parson, Merton, Cosser, Collins, Michel, dan lain lain. Tingkat ini memandang
secara garis besarnya masyarakat sebagai berikut :
a)
Masyarakat sebagaimana halnya organism hidup
Kosep
ini hanya metaphor dalam rangka mempermudah analisis sosiologis. Seperti
pendapat Radelife Brown bahwa struktur berupa hubungan antar individu
mempunyai aktivitas berupa tingkah laku konektivitas dan mempunyai fungsi
berupa pemeliharaan struktur sosial.
b)
Sistem sosial merupakan pendekatan lain untuk menganalisis masyarakat
Tetapi
masih merupakan pengembangan dari teori struktur sosial Brown Malinowski dan
Durkhein. Teori sistem ini merupakan teori yang di kembangkan oleh Talcott
Parson sehingga mencapai puncak yang paling berpengaruh dalam sosiologi di
amerika. Teori ini di kenal dengan struktur fungsional yang menganggap manusia
sebagai masyarakat merupakan sistem sosial yang terdiri atas bagian bagian yang
saling berkaitan dan menyatu dalam keseimbangan .kalau terjadi konflik maka
perlu di perhatikan adalah bagaimana cara mendamaikannya sejauh dapat di atasi
konflik itu selalu di hindari. Asumsi dasar dari pendekatan struktur fungsional
adalah
- Masyarakat harus dilihat sebagai suatu sistem dan suatu sistem dari pada bagian bagian yang saling berhubungan stu sama lainnya
- Hubungan antara setiap bagian adalah bersifat saling mempengaruhi dan imbal balik
- Sistem sosial cenderung bergerak kearah keseimbangan yang bersifat dinamis artinya menangapi perubahan yang dating dari luar memelihara perubahan yang terjadi agar perubahannya terjadi secara minimal,meski menyadari bahwa integrasi sosial tidak mungkin tercapai secara sempurna.
- Sistem sosial selau mengarah kle integrasi sosial melalui penyesuaian ketegangan dan proses instutionalisme.
- Perubahan sistem sosial terjadi secara gradual melalui penyesuaian ,kalau terjadi perubahan secara drastic maka yang berubah itu hanya bentuk luarnya saja sendangkan unsur unsure sosial budaya yang dasar tidak berubah.
- Perunahan sosial yang terjadi si sebabkan oleh upaya penyesuaian yang di lakukan oleh sistem sosial terhadap pengaruh yang dating dari luar pertumbuhan melalui proses difernsiasi structural dan fungsional dan akibat adanya penemuan baru oleh anggota masyarakat itu sendiri
- Daya integrasi yang paling tinggi dari suatu sistem sosial akibat adanya consensus nilai yang merupakan prinsip dan tujuan dasar dari anggota masyarakat.
Teori
struktur fungsional sering di sebut teori consensus,hal ini menurut Cohen
(1968) teori structural fungsional memiliki serangkaian asumsi eksklusif
sebagai berikut :
1. Norma nilai dan nilai merupakan
unsure unsure dasar dari
kehidupan sosial
2. kehidupan sosial melibatkan
komitmen
3. suatu masyarakat memerulukan
keadaan yang kohesif
4. terwujudnya suatu hidup sosial
bergantung kepada solidaritas
5. suatu kehidupan sosial di
dasarkan kepada resiprositas dan kerja
sama
6.suatu system sosial selalu
bertahan pada consensus
7. suatu masyarakat selalu mengenal
adanya otoritas legitimasi
8. sistem sosial selalu
terintegrasikan
9. sistem sosial cenderung untuk
bertahan lama
Masyarakat
sebagai system sosial karena mempunyai persyaratan seperti : anggotanya lebih
dari dua orang terjadi iteraksi di antara mereka memiliki 10 unsur penting
(Loomis,1960 dan Bertand,1967) yaitu :
- Keyakinan (pengetahuan)
- Perasaan (sentiment)
- Cita cita atau tujuan
- Norma
- Posisi kedudukan
- Kekuasaan
- Tingkatan
- Sangsi
- Sarana
10. Tekanan ketegangan
Ke
sepuluh unsur system social ini tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang
lainnya,menyatu membentuk sruktur social itu sendiri. Proses – proses utama
yang terjadi di dalam system sosila tersebut dalah komunikasi memelihara tapal batas
(boundary maintenance) atau mempertaankan identitasnya,perjalinan system (
kerja sama mencapai kesatuan tunggal),sosilaisasi ( proses penyerapan warisan
sosiall budaya), pengembangan (pembatasan tingkah laku) dan perubahan social (
perubahan dalam pola interaksional nilai / budaya dan struktur).
Pengertian
system sosila menurut Parson suatu system social akan bekerja
secara normal apabila memiliki 4 kondisi dasar sebagai alternatif atau
sebagai 4 masalah yang harus diselesaikan. Dalam hal ini Pasron juga
menyebutnya dengan kondisi atau kewajiabn fungsional ( functional imperatives )
atau prasyatar fungsional ( functional prerequisistes ) dan menyangkut tidak
hanya organisasi tetapi juga banyak membutuhkan segi kepribadian sebagai
anggota masyarakat. Keempat prasayarat fungsional sosila tersebut adalah :
- Adaptasi yaitu penyesuaian system terhadap tuntutan lingkungan ( kenyataan ) kondisi lingkungan, dengan memfungsikan sejumlah fasilitas fisik maupun nonfisik.
- Pencapaian Tujuan yaitu tujuan anggota suatu sitem sosial,merupakan hasil persetujuan dan prioritas para anggota.
- Integrasi merupakan tingkat solidaritas anggota system sosial, mamiliki ikatan emosional yang tidak bergantung pada segi keuntungan (pamrih). Keteraturan perlu ekstensi, masyarakat perlu menjamin koordinasi dan pengawasan di antara unsur – unsur internal di setiap system sosial.
- Pemeliharaan pola yaitu setiap masyarakat harus membuat anggotanya memiliki motovasi yang cukup untuk memerankan peranan yang di kehendaki dan menghasilkan komitmen paksaan terhadap nilai – nilai masyarakat.
Untuk melihat tingkat keseimbangan
dan integrasi masyarakat,Parson mengajukan konsep variabel – variabel pola (
pattern variates ) untuk mengklasifikasi atau mengkategorikan norma dan nilai
setiap masyarakat. Apakah masyarakat atau individu tandensinya kea rah :
- Netralitas afektif
- Orientasi diri
- Partikularisme
- Askripsi
- Spesifitas
Fungsi
manifest adalah sebab – sebab objektif yang membantu penyrsuaian terhadap
system yang di maksud dan diketahui oleh partisipan dal;am sistem. Sedangkan
fungsi laten berhubungan dengan hal yang tidaj dimaksud dan tidak
diketahui,seperti factor,birokrasi dan lain – lain.
c.Masyarakat
sebagai tertib sosial ( social order )
dalam keadaan normal,dapat pula
terjadi perubahan atau disorganisasi sosial yang menyebabkan terjadinya
bermacam – macam peristiwa seperti berikut :
- Konplik Norma. Norma – norma dalam masyarakat dapat terjadi konplik dengan adanya perubahan – perubahan dalam berbagai pola atau aspek lain dari kehidupan yang menyebabkan disorganisasi.
- Tingkat perubahan budaya waktunya tidak semua sama,tatapi terjadi”cultural lag”,yaitu tidak sama perkembangan antara budaya meteri dengan mental orang yang budaya tersebut.
- Peraturan ( sistem ) yang tidak baik atau konflik antara manusian dengan lingkungannya ( fisik,soaila, ekonomi,dl)
Teori tersebut berkaitan dengan
tertip sosial yang mencakup 4 macam yaitu :
1)
Teori paksa ( coercion ) yang bersaumsi bahwa “ power “ adalah sarana ampuh
untuk mencapai tertib sosial. Teori ini menolak tentang realitas keanekaragaman
sosial budaya.Paksaan moral kan diterima, apabila nilai – nilainya diterima.
Teori ini sering digunakan dengan dalih pembangunan yang mendesak. Akibatnya
sering timbul gerakan – gerakan di bawah tangan, persengkokolan kutukan, dan
disorganisasi,tertib semu dan ketegangan (laten).
2)
Teori kepentinagn (Coorperation or mutual interest) ( belangen ) berasumsi
bahwa masyarakat dapat tertib karena ada kesepakatan sosial dan saling percaya.
Teori ini hanya efektif bagi masyarakat pedesaan yang bersifat homogen.Tujuan
tertib sosial kepentingan dapat tercapai apabila ada kosensus. Dampak dari
teori kepentingan ini tentunya budaya kritik,sehingga aspirasi tidak
tersalurkan, yang akan menimbulkan perubahan soaila dengan mental budaya yang
kurang menguntungkan misalnya apatis.
3)
Teori kesepakatan atau Kosensus berasumsi bahwa tertib sosial dapat tercapai
karena manusia terikat akan norma dan nilai sehingga terjadi kosensus yang
bersifat moral. Kelemahan teori ini, kosensus akan dipaksakan pada masyarakat
yang bersifat pluralistic,seperti banyaknya unsure – unsure primordial.
4)
Teori Lambat (traagheis) menekan perlunya suatu kondisi yang dapat
mempertahankan satus qou. Teori ini bersaumsi bahwa tertib sosial dapat dicapai
dengan memperlambat perjuangan unsure pokok kehidupan melalui isu – isu
kecintaan,kesetiaan dan disiplin. Teori ini akan menimbulkan perubahan pada
segi – segi personalitas, seperti sikap yang mementingakan segi formal ( serba
formalitas ) tetapi tidak menyelesaikan masalah.
- Masyarakat sebagai sub-siratum yang melahirkan konflik.
Konflik
adalah kenyataan yang melekat pada masyarakat.Adanya tertib sosial ini seperti
adanya sistem nilai yang disepakati bersama, tidak secara otomatis dapat
menghilangkan konflik. Bahkan merupakan cermin adanya konflik yang berisifat
potensial dalam masyarakat. Kenyataan konflik ini menurut David Lockwood dapat
dibuktikan sebagai berikut :
- Setiap struktur sosial di dalam dirinya mengandung konflik – konflik dan kontradisi – kontradisi yang bersifat internal seingga dapat merupakan sumber terjadinya perubahan sosial.
- Reaksi dari suatu sistem sosial terhadap perubahan yang dating dari luar tidak selalu bersifat mengatur.
- Sistem sosial dalam waktu yang panjang dapat mengalami konflik – konflik sosial yang bersifat melakat ( kronis ).
- Perubahan soaial yang terjadi dalam suatu sistem soaial tidak selamanya bersifat perlahan ( gradual ), tetapi dapat pula terjadi secara revolusioner.
Pandangn
konflik tersebut di atas didasarkan atas anggapan bahwa masyarakat senantiasa
selalu dalam keadaan berubah. Perubahan soasial yang terjadi dalam rangka
sintesa dari teas – teas yang berkembang pada masyarakat yang bersangkutan.
Prosees sintesa yang terjadi merupakan ajang terjadinya konflik. Oleh karena
itu pandangan pendekatan konflik terhadap masyarakat bersumber dari anggapan
dasar sebagai berikut :
1)
Perubahan sosial merupakan gejala yang melekat pada setiap masyarakat.
2)
Konflik merupakan gejala yang melekat pada setiap masyarakat.
3)
Setiap unsure masyarakat memberikan sumbangan tertentu bagi terjadinya
disintegrasi dan perubahan sosial.
4)
Terjadinya integrasi masyarakat,berada pada penguasaan atau dominasi oleh
sejumlah orang – orang lainnya.
Pandangan
lain tentang konflik, didasarkan pada struktur masyarakatnya sehingga asumsinya
berbunyi demikian :
1)
Kepentingan merupakan unsure dari kehidupan masyarakat.
2)
Kehidupan sosial melibatkan dorongan dan perlu terbagi.
3)
Kehidupan sosial melahirkan opsisi dan konflik sosial.
4)
Kehidupan sosial melahirkan kepentingan bagian – bagian.
5)
Diferensiasi sosial melibatkan kekuasaan
6)
Sistem sosial tidak terintegrasi dan ditimpa oleh kontradiksi – kontradiksi.
7)
Sistem sosial cenderung untuk berubah.
Walaupun teori konflik ini
menganalogikan masyarakat dengan medan pertempuran yang tidak habis – habisnya,
namun teori ini masih memberikan sumbangan bagi integrasi. Hal ini dikemukakn
oleh Berge yang di kutip Ritzer (1980 ), bahwa konflik mempunyai 4 fungsi yaitu
:
1)
Sebagai alat memelihara solidaritas.
2)
Membantu menciptakan ikatan analisis dengan kelompok lain
3)
MEngaktifkan peranan individu yang semula terisolasi.
4)
Sarana komunikasi dengan adanya konflik posisi masing – masing lawan yang
berkonflik saling diketahui
4) Tingkat budaya
Tingkat budaya dalam hal kenyataan
sosial maksudnya meliputi arti symbol, norma ,dan pandangan hidup umumnya yang
dimiliki oleh suatu anggota masyarakat. Sedangkan tingkat budaya itu sendiri
memiliki arti meliaht realitas sosial menurut perspektif budaya. Dan istilah
Kebudayaan yaitu terdiri dari produk – produk tindakan dan interaksi manusia
termasuk karya cipta manusia berupa materi atau non materi. Kebudayaan non
materi adalah keseluruhan kompleks yang meliputi pengertian,kepercayaan, seni ,
moral , hokum, kebiasaan dan kemampuan –kemampuan dan tatcara lainnya yang
diperoleh manusia sebagai seorang anggota masyarakat. Menurut Sorokin bahwa
kesatuan organis dari gajala bidaya dan tingkat sosio – budaya dianalisa
terpisah dari tingkah individu. Pokok pikiran analisis Sorokin maliputi :
- Teori kemajuan.
- Integrasi sosial dan budaya. Maksudnya arti,nilai,norma dan symbol merupakan kunci untuk memahami kenyataan sosia budaya. Ada saling bergantung antara pola – pola budaya, masyarakat sebagai interaksi dan kepribadian individual. Tingkat tertinggi integrasi dan sistem sosial yang paling mungkiin tercapai didasarkan atas seperangkat arti, nilai norma hokum yang secara logis dan berarti konsisten satu sama lian.
- Tipe – tipe mentalitas budaya. Mentalitas budaya merupakan kunci untuk memahami suatu supersistem budaya yang terintegrasi. Apakah hakikat kenyataan terakhir ? Damn jawaban logisnya adalah sebagai berikut :
- Kenyataan akhir itu seluruhnya terdiri dari dunia materiil yang kita alami dengan indera.
- Kenyataan akhir itu melampaui dunia materiil, artinya bersifat transenden tidak dapat di tangkap sepenuhnya dengan indera.
- Diantara kedua kenyataan ekstrim tersebut, artinya kenyataan itu mencakup dunia materiil dan transenden.
Atas dasar tersebut maka muncul
pernyataan : “ Apakah kabutuhan manusia itu bersifat fisik tatu spiritual ? “ ,
“ SEbarapa jauh luas kebutuhan yang harus di penuhi ? “ ,” Apakah penelusuran
kebutuhan – kebutuhan manusia itu harus mencakup penyesuaian diri tau
penyesuaian linkungan “.
SEhinng muncullah 3 tipe mentalitas
budaya :
- Kebudayaan Ideasional. Dasar pemikiran dari tipe ini bahwa kenyataan akhir itu bersifat nonmateriil,transenden dan tidak dapat ditangkap dengan indera. Dunia ini di liahat dari suatu ilusi, sementara dan bergantumg pada dunia transenden . Dan tingkat yang menyatakan kenyataan akhir merupakn dunia Allah yaitu :
a)
Kebudayaan Indeasional Asketik. Mentalitas ini mmerlihatkan suatu ikatan
tanggung jawab untuk mengurangi sebanyak mungkin kebutuhan materiil manusia
supay mudah diserap ke dalam dunia trasenden.
b)
Kebudayaan Ideasional Aktif. Mantalitas yang selian menggunakan kebutuhan
inderawi juga berusaha mengubah dunia menjadi selaras dengan dunia trnsenden.
- Kabudayaan INderawi ( Sensate Culture ).Dasar pemikirannya dari dunia materil yang kita alami dengan indera kita merupakan satu – satunya kenyatan yang ada. Jadi, menyangkal terhadap kenyataan akhir transenden. Mentalis ini meliputi :
a. Kebudayaan Inderawi Aktif .
Mentalitas ini mendorong sikap aktif dan giat untuk memenuhi kebutuhan dan
materil denagn mengubah dunia fisik sehingga memperoleh kepuasan dari serangan
manusia. Mentalitas ini telah mendasari Tekhnologi,kedokteran dan kemajuan ilmiah.
b.Kebudayaan INderawi Pasif.
Mentalitas ini dalah hasrat untuk memperoleh kesengan hidup setinggi –
tingginya. Prinsip makan,minum,dan kawin, sebab besuk akan mati. Hal ini adalah
“ eksploitasi parasit”.
c. Kebudayaan Inderawi Sinis.
Mentalitas ini memperlihatkan dasar usaha yang bersifat munafik menimbulkan
pencapaian tujuan materialistic atau inderawi denagn menggunakan sistem nilai
transenden yang sebenarnya.
- Kebudayaan Campuran. Dasar pemikiran nya berdasar pada kumentalitas ideasional dan mentalitas inderawi. Tipe ini terdapat :
- Kebudayaan Idealistik. Mentalitasini merupakan mentalitas organis dari mentalitas ideasional dan inderawi. Kelihatan sedemikian rupa keduanya dapat dilihat sebagai pengertian yang benr dari sapek – aspek tertentu dari kenyataannya.Dari dasar pemikiran itu secara sistematis dan logiss keduanya berhububgab.
- Kebudayaan Ideasioanal Tiruan ( Pseudo – Ideational Cultural ). Mentalitas ini didominasi oleh pendekatan inderawi dengan unsur – unsur ideasional hidup secara berdanpingan dengan inderawi sebagai suatu perspektif yang berlawanan,TIdak terintegrasi secara sistematis hanya sekedar hidup berdampingan.
Dimensi Perubahan Kultural Meliputi
hal – hal sebagai barikut :
a)
Inovasi kebudayaan seperti :
- Penemuan
- Peniruan
- Peminaman alat – alat
b)
Difusi seperti penyimpanan kebudayaan dan difusi secara sadar.
c)
Integrasi seperti penolakan terhadp bentuk – bentuk baru, duplikasi , cara
hidup lama dan baru bersama –sama dalam variabel pola – pola penggantian bentuk
– bentuk lama dengan bentuk – bentuk baru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar